Untuk read more artikel di bawah klik comennT
Karena blog lagi ada RevisI

Jumat, 13 November 2009

Orang Jepang Sehat Karena Makan Nasi




Ketidaksukaan saya terhadap makanan berkarbohidrat seperti roti, kentang, nasi, pasta, dan sereal adalah berdasarkan bukti yang menyarankan bahwa persediaan insulin yang melimpah yang diproduksi tubuh dengan mengkonsumsi makanan-makanan tersebut dapat mempercepat menuju kondisi kegemukan dan terserang diabetes tipe 2.
Meskipun semua yang dikatakan ini adalah kurang baik bagi kesehatan, namun fakta bahwa makanan jenis ini mengandung banyak nutrisi yang diperlukan tubuh. Kebanyakan individu menganggap makanan tersebut sehat untuk dikonsumsi.
Di barat, ada argumen yang mengatakan, “Jika makanan berkarbohidrat itu buruk, mengapa makanan Mediterania, China, Perancis yang penuh dengan pasta, nasi dan roti Perancis dianggap menyehatkan?”
Pertama-tama, saya mengira bahwa terkadang kita telah membentuk suatu kesan terhadap pola makan kuno.
Orang Perancis tidak makan roti Perancis, namun kebanyakan pola makan mereka dipenuhi dengan makanan alami yang tidak diproses. Hal yang sama pada orang Italia, di mana mereka cenderung menjadikan pasta sebagai hidangan pembuka daripada sebagai menu utama.
Ketika orang Tionghoa tidak makan nasi, mereka makan berbagai jenis makanan lain, termasuk sayur-sayuran, ikan dan daging. Saya belum dapat menemukan data akurat mengenai keseluruhan indeks glycemic (GI) dan muatan glycemic (GL) pada pola makan berbagai suku bangsa.
Namun, seandainya benar apabila sebagian bangsa tidak makan makanan berkarbohidrat dan terkadang menikmati pola hidup sehat dan panjang umur, anggapan yang kelihatannya baik ini bisa jadi belum tentu benar. Saat memeriksa efek makanan terhadap kesehatan, sangat penting untuk menekankan pada faktor yang ingin ditaksir dan diamati. Salah satu cara melakukannya adalah dengan mengamati sebuah populasi untuk melihat kaitan yang ada antara pola makan dengan kesehatan individunya.
Faktanya adalah bahwa kesehatan dan panjang umur merupakan produk dari sejumlah faktor-faktor berbeda, dan beberapa pengaruh negatif yang termasuk di dalamnya mungkin akan tertutupi karena pengaruh positifnya yang lebih besar.
Misalnya, mungkin nasi merupakan makanan yang paling sering dimakan oleh orang Tionghoa, namun mungkin orang Tionghoa umumnya giat beraktivitas, dan hal ini yang mungkin melindungi mereka dari anggapan bahwa sebaliknya nasi dapat menimbulkan kerugian pada tubuh.
Beberapa studi yang telah dilakukan menunjukkan bukti cukup kuat bahwa selama ini kita cenderung makan makanan yang mengandung GI/GL tinggi dan itu membahayakan. Bulan lalu, kami melihat publikasi dari dua studi, yang menghubungkan tingginya konsumsi makanan berkarbohidrat dengan naiknya resiko terkena diabetes tipe 2.
Sesaat sesudah tulisan saya mengenai studi ini dimuat di web, seorang komentator mengklaim bahwa makanan dengan GI tinggi tidak membahayakan bagi kita karena orang Jepang makan nasi dan karenanya mereka sehat. Kenyataannya adalah kesimpulan sederhana seperti itu tidak lebih ilmiah daripada mengklaim karena kakek anda merokok dan hidup hingga usia 100 tahun, maka dianggap merokok itu tidak berbahaya bagi kesehatan

0 komentar:

Posting Komentar

Followers

 

Inilah Realitas Kehidupan Copyright © 2008 Black Brown Art Template by Ipiet's Blogger Template